Langsung ke konten utama

RESPONDING PAPER 4


RESPONDING PAPER 4


AJARAN BUDHA DHARMA TENTANG KETUHANAN

a.      -Konsep ketuhanan
Sebagaimana kita ketahui, banyak agama-agama di dunia ini yang memfokuskan perhatiannya terhadap pemujaan pada tuhan & Makhluk-makhluk suci lainnya, namun dalam ajaran budha tidak membicarakan tentang tuhan atau tokoh yang dipertuhankan oleh karena agama budha ialah religi humanitis artinya segala sesuatunya berpusat pada diri manusia sendiri dengan kekuatannya yang dapat dikembangkannya hingga mencapai kesempurnaan (nibbana).
Jika tujuan hidup umat budha bukan untuk kembali kepada asalnya yaitu tuhan, melainkan untuk masuk ke dalam nirwana.

b.    - Adi budha
Adakah konsep ketuhanan agama budha yang digunakan oleh budhaisme di indonesia, nama ini digunakan oleh Y.M. Ashin jinarakkhata pada saat (pencetus nama itu) membangkitkan Budhaisme di Indonesia mengingat sila pertama dasar negara Indonesia (pancasila) yang berbunyi ‘ketuhanan yang maha Esa’ juga konsep ini digunakan oleh Buddhayana yaitu wadah bagi semua aliran Buddisme seperti theraveda, wahayana & tantrayana ketika menyinggung konsep ketuhanan diperlukan satu sebutan. Adi budha juga merupakan salah satu sebutan tuhan yang maha Esa.
Istilah ini juga disepakati & dipergunakan oleh sangha agung Indonesia Majlis Buddhayana Indonesia. Sebagai sebutan Tuhan YME, tidak terdapat dalam Tipitaka tetapi terdapat dalam beberapa kitab ex, sanghyang kamahayanikan (kitab jawa kuno) yang menggunakan bahasa kawi (jawa kuno).[1]

c.      -Puja Bakti
Banyak orang sering menyebutkan bahwa umat budha melakukan sembahyang di Vihara. Sedangkan makna sembahyang ialah terdiri dari dua suku kata, sembah berarti menghormat dan hyang yaitu dewa, sembahyang berarti menghormat / menyembah para dewa. Apabila sembahyang diartikan seperti itu, maka umat budha tidak melakukan sembahyang karena umat budha bukanlah umat yang menghormat maupun menyembah para dewa, bukan berarti tidak mengakui keberadaan dewa-dewi di surga namun umat tidak sembahyang kepada mereka dari pada disebut sembahyang / doa maka umat budha lebih sesuai dinyatakan sedang melakukan puja bakti. Puja (menghormat), Bakti (melaksanakan ajaran sang buddha dalam kehidupan sehari-sehari.
Dalam melakukan puja bakti, umat datang, masuk keruang penghormatan dengan tenang, melakukan Namakara (bersujud) yang bertujuan untuk menghormat kepada lambang sang budha, jadi bukan menyembah patung atau berhala. Kebiasaan bersujud sudah menjadi tradisi sejak zaman dulu di berbagai negara timur termasuk India bahwa ketika seseorang bertemu dengan seseorang yang dihormati maka ia akan melakukan sujud yaitu menempelkan dahi ke lantai sebagai tanda penghormatan. Setelah memasuki ruangan & bersujud, kemudian umat budha dapat duduk bersila di tempat yang disediakan.[2]



[1] Darini, Ririn. Sejarah Kebudayaan Indonesia Masa Hindu Budha. Jakarta : Pustaka obor Indonesia. 2015. Hal : 95
[2] U.P Dharmago. Cerita Hinduisme & Buddhisme. Jakarta : Sangha Agung Indonesia. 1994. Hal : 124

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Peta Jalur Pelayaran Antara India - Indonesia

( Sumber :https://www.detik.com//) (Sumber : https://www.wikipedia.org/) (Sumber:http://hinduismegue.blogspot.com/2012/11/sejarah-agama-hindu-periode-weda-zaman.html) (Sumber : https://www.antaranews.com) Melalui Jalur laut. Para penyebar agama dan budaya hindu – Buddha yang menggunakan jalur laut datang  ke Indonesia mengikuti rombongan kapal-kapal para dagang yang biasa beraktivitas pada jalur India-Cina. Rute perjalanan para penyebar agama dan budaya Hindu Buddha, yaitu dari India menuju myamar, Thailand, semenanjung Malaya, kemudian ke Nusantara. Sementara itu, dari semenanjung Malaya ada yang terus ke Kamboja, Vietnam, cina, korea dan jepang. Di antara mereka ada yang lansung dari india menuju Indonesia dengan memanfaatkan bertiupnya angin muson barat.  Melalui jalur darat. Para penyebar agama dan budaya Hindu – Buddha yang menggunakan jalur darat mengikuti para pedagang melalui jalan sutra, dari India ke Tibet terus ke utara sampai den...

Seni Sastra Dari Masa Hindu-Buddha

SENI SASTRA DARI MASA HINDU – BUDDHA   >> http://jendelahindu-buddha.blogspot.com/2011/11/hasil-seni-sastra-dari-masa-hindhu.html Hasil sastra  berbentuk prosa atau puisi : 1.  Tutur pitutur (kitab keagamaan). Jawa dan Kejawen seolah tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kejawen bisa jadi merupakan suatu sampul atau kulit luar dari beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa, semasa zaman Hinduisme dan Budhisme.  Dalam perkembangannya, penyebaran Islam di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu, bahkan terkadang melibatkan aspek kejawen sebagai jalur penyeranta yang baik bagi penyebarannya. Walisongo memiliki andil besar dalam penyebaran Islam di Tanah Jawa. Unsur-unsur dalam Islam berusaha ditanamkan dalam budaya-budaya Jawa, yaitu:             Pertunjukan wayang kulit, dendangan lagu-lagu jawa, ular-ular (patuah yang berupa filsafat), cerita-cerita kuno, hingga upaca...

Sejarah Pura Tribhuana Agung

Sejarah Pura Tribhuana Agung (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Asal Mula Pura Tribhuana Agung yakni Sebelum menjadi Pura Tri Bhuana Agung, tahun 1982 umat Hindu di Depok ini memperoleh tanah hibah dari Perumnas Cab. III seluas 1.000 meter Pembangunan pura ini dimulai tahun 1985 secara bertahap sesuai kemampuan umat pada Tanggal 8 Oktober 1994 diresmikan melalui Upacara Ngenteg Linggih. Arti dari Tribhuana Agung sendiri yaitu tiga Jalan untuk mencapai Moksa adalah Dharma atau kebenaran yang merupakan nafas Kehidupan, Pendekatan terhadap sang hyang widji wasa yaitu melakukan Pelatihan Rohani, dan Kesucian atau Puncak Moksa Dimana Manusia Berhasil Menyatu dengan Sang hyang Widhi (Tuhan). Secara Arsitektur Pura Tersebut Mengutamakan Kearifan Lokal Bali Struktur Tatanan Dalam Bangunan Tempat sang Hyang Widhi Wasa ada tiga tingkatan yaitu Tingkatan dasar berarti Bumi, tengah / badan bangunan adalah jalan mencapai Moksa dan Tingkatan teratas disebut Astana yang merupakan tempat...